Selasa, 27 September 2011

Investasi Besar Kami

Buku, bagi kami tak hanya sumber ilmu. Sudah jelaslah bahwa buku memberikan kami pengetahuan, ilmu, wawasan, yang menjadi acuan kami dalam bertingkah laku sehari-hari. Lebih dari itu, bagi kami buku adalah investasi. Maka, kami tak segan mengeluarkan uang seberapa yang kami mampu untuk menanam saham di ranah ini.

Buku, bagi kami adalah media yang mempererat. Saat kakak dan adik berselisih paham dalam bermain, saya ambil sebuah buku. Saya membukanya dan membacanya penuh takjub, "Hey, lihat! masa' ada kupu-kupu kayak burung hantu...hiiii sereemmmm", mereka pun bergegegas menuju halaman buku yang saya buka, penasaran dengan apa yang baru saya baca. Seketika mereka larut dalam cerita di buku tadi dan melupakan selisih paham yang baru saja terjadi.



Buku juga menjadi jembatan kami berkomunikasi. Saat Jita berumur hampir 3 tahun, kami kedatangan seorang asisten rumah tangga yang sudah cukup tua. Jita, yang memang cukup sulit menerima keadaan baru menunjukkan ketidaksukaannya kepada asisten tadi. Malam harinya, saya membacakan buku serial Ali "Aku Sayang Bi Iyem" yang menggambarkan bahwa Ali sayang kepada asisten ibunya itu. Jita pun menunjukkan perubahan sikapnya. Demikian juga saat saya membacakan "The Three Bears and Goldilocks", mereka menyimpulkan sendiri bahwa setiap orang memiliki barang-barang yang tidak boleh dirusak karena orang itu akan sedih.

Tak kalah pentingnya, buku di keluarga kami adalah pengisi kebosanan dan waktu luang. Saat anak-anak baru bangun tidur dan belum tau apa yang akan mereka lakukan, biasanya mereka membuka buku, sekedar melihat gambarnya saja sudah cukup. Buku juga menjadi pengisi waktu saat mereka bosan bermain, biasanya saya membacakannya dengan sedikit ilustrasi dan adegan. Buku telah mengurangi waktu mereka menonton televisi. Oleh sebab itu, kami sengaja meletakkan buku di tempat-tempat 'strategis' di rumah kami.

Saat membeli buku untuk anak-anak, mungkin Anda akan berpikir, anak-anak belum tentu suka, atau menurut Anda, paling mereka akan lebih memilih menonton televisi dan bermain game, atau ada juga yang berpendapat, anak saya masih kecil, belum cocoklah buku seperti ini.


Karena kami mendefinisikan buku sebagai investasi, kami tak pernah merasa rugi membeli buku untuk kami sendiri maupun anak-anak. Pada saat tertentu memang buku yang kami beli belum mereka sentuh. Karena kami meletakkannya di tempat yang sering mereka lihat, lama-kelamaan mereka pun penasaran. Pertama-tama, sekedar melihat gambar, berulang-ulang. Sambil terus dibacakan, akhirnya anak mau membaca sendiri. Biasanya, bila si anak merasa beruntung dengan membaca buku (misalnya dia jadi banyak tahu, atau kelihatan oke di depan kakek-neneknya) dia akan 'kecanduan'.

Tak harus membeli buku baru, saya sering berburu buku ke tukang buku bekas. Seringkali saya mendapatkan buku-buku 'wah' dengan harga super murah. Tak seberapa dibandingkan nilai investasinya bagi keluarga saya. Bahkan, seingat saya sudah hampir setahun ini saya selalu membeli buku di lapak buku bekas. Jadi, mulailah berinvestasi buku!



2 komentar:

  1. Asw,, mba,, Lina udah bolak balik sepekan lebih nih,,, nunggu catatan belajarnya Jita, Aisyah dan Bassam,, Tapi belum ada yang baru,,, :(
    Pingin tau kabar nih,,
    Lagi sibuk ya,,?? Semoga semua sehat dan selalu dalam naungan rahmah Alloh ya,,, Aamiin,,

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum,, Mba Maya,, Khaifal haluki,,
    ini Lina kangen,, pingin tau kabar,, pingin baca tulisan belajarnya anak anak,,
    Semoga semua sehat ya,, aamiin,,

    BalasHapus