Jumat, 23 September 2011

Aisyah Susah Tidur Siang

Setiap waktunya tidur siang, saya selalu berpikir, tips apa lagi yang akan saya terapkan kepada anak saya yang ke dua? Biasanya Jita, anak pertama saya akan tidur dengan sendirinya, adik Bassam (1,5 th) harus menyusu dulu, tinggallah Aisyah (3,5 th) yang hanya bisa saya 'komando' agar segera menutup mata.






Aisyah memang menutup matanya, tetapi tangan, kaki dan mulutnya aktif semua. Sambil mengoceh, dia menggerakkan tangan dan kakinya seolah-olah dia sedang berada di sebuah taman yang luas dan bermain bebas. Hmmmmmmm....kayaknya tidak berhasil lagi. Setelah kakak dan adiknya pulas tertidur, Aisyah lalu mengendap-endap keluar kamar dan bermain di kebun samping.



Di kebun dia bernyanyi, berbicara dengan teman khayalannya, bermain masak-masakan, bermain ayunan. Terkadang dia berpura-pura bercocok tanam, melompat-lompat, dan sebagainya. Saya menyadari, Aisyah memiliki kecendurungan akan hal-hal kinestetik dan alam. Dia senang menari-nari (diiiringi lagu 'ciptaannya' sendiri), melompat, bahkan akhir-akhir ini dia sedang berusaha agar bisa melakukan gerakan koprol dengan baik.

Begitupun dengan cara belajarnya, yang hanya bisa duduk diam maksimal 3 menit. Tetapi dalam hal fokus, Aisyah menurut saya sangat baik, hanya saja rentang waktu untuk melakukan satu kegiatan yang membutuhkan dia untuk diam-duduk, sekitar 3 menit. Dengan bermain, Aisyah pun bisa menghafal angka-angka dalam bahasa inggris sampai 20. Dia juga sudah mengenal angka dan huruf, berhitung, dan mengenal hewan dan tumbuhan.

Proses belajar untuk Aisyah tidak harus sama dengan kakaknya, Jita. Jita lebih senang belajar dengan iliustrasi, gambar dan cerita. Dia lebih suka duduk-diam bila belajar. Aisyah adalah Aisyah, berbeda dengan saya, ayahnya, kakak maupun adiknya. Setipa anak lahir dengan membawa sifat, bakat yang unik. Tugas saya dan suami adalah memahami mereka dan mengarahkan sesuai dengan potensi dan minat yang mereka miliki.

Satu kunci belajar untuk anak-anak adalah : "kesenangan". Apa yang menurut orang tua baik, belum tentu menarik hati anak, apalagi bila caranya tidak menyenangkan menurut mereka. Karena "menyenangkan" versi anak-anak berbeda dengan yang kita pahami. Selamat menyelami hati anak-anak!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar