Sabtu, 24 September 2011

Apakah Anak Saya Benar-benar Belajar?

Pada awal-awal kami menjalankan Homeschooling, saya seringkali kurang yakin, apakah saya sudah menjalankan HS dengan baik. Saya merasa anak saya lebih sering mainnya, membuat hasta karya, dan hal-hal yang menurut saya saat itu jauh dari kegiatan belajar.


Ternyata, masalahnya adalah pada diri saya sendiri. Saya belum bisa sepenuhnya melepaskan diri dari pemahaman tentang terminologi 'belajar' versi saya. Menurut pengalaman saya, belajar adalah membuka buku, menulis sesuatu, sambil duduk diam tentunya. Tetapi, anak-anak tidaklah betah berlama-lama seperti itu, apalagi bila segalanya sudah diatur, harus belajar itu, harus menulis ini, menjawab pertanyaan anu, dan sebagainya.



Ternyata, anak-anak saya (dan kebanyakan anak lainnya) harus memulai 'belajar versi mereka' dengan hati yang senang. Belajar peta tidak harus membuka peta/atlas kan? Kita bisa mengajak berkeliling anak-anak lalu mencoba membuat denah rumah kita, sambil berpura-pura menjadi pengantar surat misalnya. Banyak cara kreatif yang bisa ditempuh orang tua untuk mendampingi anak-anak belajar. Jeli melihat kesukaan anak adalah salah satu kuncinya, penutup berupa camilan lezat bisa menambah seru suasana.

Secara ringkas,fase belajar Jita adalah sebagai berikut:

Fase awal: saya menyebutnya fase "apapun yang kamu mau lah". Awal mula HS, saat Jita berumur 3 tahun, saat itu saya belum menemukan komunitas. "belajar"nya kayak orang tidak belajar, main-main, apapun yang dilakukan anak semaksimal mungkin kita dampingi dan arahkan menjadi sesuatu yang lebih bermakna dari sekedar bermain. Jadi misalnya, si anak lagi mandi, ya...diselingi saja, menyebut warna, berhitung, menghafal doa masuk WC, dan sebagainya.

Fase kedua: saya menyebutnya fase "Ibu mulai bingung nih". Pada usia menjelang 5 tahun, anak saya sudah bisa membaca, maka saya berpikir sudah tidak bisa lagi belajar tanpa rencana (unschooling), saya pun membuat berbagai desain, mengumpulkan buku, modul, saya coba, ganti, coba, ganti lagi hingga beberapa kali, sampai menemukan cara dan materi yang paling tepat untuk anak sambil terus menjalankan program hafalan Al Quran, baca iqro, menulis. Sayangnya, saya tidak membuat portofolio saat itu, padahal dengan portofolio, saya bisa mencobanya lagi untuk adik-adiknya. Jadwal belajar belum bisa ajeg, tetapi mulai ada ritme belajar walaupun tidak selalu terpenuhi.

Fase ketiga: saya menyebutnya fase "rumput tetangga lebih hijau nih". Fase ini terjadi memasuki usia 6 tahun, saat teman-temannya ribut mencari SD, sempat goyah juga, merasa belum mendapatkan ritme dan metode belajar yang cocok. Hampir 'menyerah' memasukkan ke SD, tapi anaknya malah sedih, katanya lebih enak belajar sama Ibunya. Setengah Ge er, saya pun tambah semangat. Sempat pula tergiur untuk menerapkan cara belajar yang sama dengan keluarga HS lain, tetapi saya melihat kenyataannya menjalankan HS bagaikan garis belang pada Zebra, atau bintik-bintik pada macan tutul, atau garis-garis di telapak tangan kita; tak ada satu keluarga pun yang memiliki pola yang identik dengan keluarga HS lain. Ada yang senang dengan memanggil guru, ada yang menjalankan HS dengan kombinasi les, ada yang lebih banyak belajar secara online, dan sebagainya. Anak saya sendiri lebih senang variasi dari belajar online dan paper use karena dia sangat senang menggambar. Alhamdulilah menyadari hal ini, perasaan rendah diri dan tak mampu pelan-pelan luntur.

Fase ke empat--sekarang: saya menyebutnya fase : "mulai asyik nihhhh..." pada fase ini (yang saat ini kami rasakan) saya dan anak-anak mulai mendapatkan pola belajar yang kami sukai, belajar bersama-sama (kakak dan adik) dengan kombinasi antara online sources, paper use, mendongeng, ritmik, dan kriya. Alhamdulillah ,kurikulum, metode dan jadwal tak lagi menjadi masalah utama kami, justru masalah utama pada masa ini adalah :'yang mana mau dipelajarai lebih dulu ya? Saya juga menggunakan buku-buku yang dipakai sekolah-sekolah internasional di Jakarta dengan harga 5000 rupiah/buah ditambah bonus majalah (kalo soal buku second, alhamdulillah kita udah punya langganan).

fase-fase selanjutnya akan menanti kami.....semoga bermanfaat

6 komentar:

  1. assalamu'alaykum, salam kenal ummu jita, saya ummu fathi dari bandung, putra saya 3y8m, berarti msh dlm fase "apa yg kau mau lah" :)
    terus menulis ya umm, smg bisa jd inspirasi utk HSer yg lain,,
    kpn2 berkunjung ke blog saya,,
    http://abdurrohmanfathianaksholeh.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. assalamu'alaykum.... salam kenal..... umm...tambah widget followernya dong, biar bisa d follow gitu, afwan

    BalasHapus
  3. Dear mba Maya, senang banget baca blog ini, saya jadi ikut tambah semangat !
    Semoga kita selalu konsisten dengan pilihan HS ini ya, amin.

    Dinar.

    BalasHapus
  4. semangaaaaat...kita belajar bersama ya mbaaak...

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum,, Mba maya,, baru beberapa hari waah tulisannya udah nambah banyak,, apalagi kalo udah buat portfolio dari mulai Jita HS ya,,
    Waah pasti bisa dicontek Azzam,,,

    Hmm Lina ada di fase yang mana ya,,?? abis Azzamnya masih 3y 9m, tapi insya Alloh kami bertiga sudah menikmati perjalanan belajar kami,,
    Semoga semua usaha makin mendekatkan kita pada Ma'rifah pada Alloh ya mbak,,Aamiin,,
    Salam sayang untuk anak anak,,

    BalasHapus