Jumat, 06 November 2015

Dunia Baru Si Sulung

Langkahnya segera menuju ke rak sudut ruangan yang paling sering berantakan itu. Beberapa buah buku ia ambil, bersamaan dengan pensil, penghapus, buku tulis. Tanpa komando ia mencari posisi, meletakkan punggungnya di sofa hijau yang sudah tidak empuk lagi. Tak lama, ia memulai petualangannya, petualangan menyelami pengetahuan dan ilmu dari buku. Sesekali mencatat, kemudian menggarisi hal-hal yang penting menurutnya.





Ini bukan penggalan cerpen karya anak-anak masa kini yang super kreatif. Ini suasana yang terjadi di pagi hari beberapa pekan ini. Ia kini perlahan menjadi seorang gadis 11 tahun. Ia yang dulu bermain air denganku. Yang senang kubuatkan topeng dari dus bekas susu. Yang bersemangat menyaksikanku membuat donat (satu-satunya camilan yang kubuat dengan sukses). Ia yang selalu berbalik manja setelah aku marah padanya sejadi-jadinya (astagfirullaah).

Perjalanan homeschooling kami memang tidak ideal, tetapi kami berusaha selalu mengevaluasi diri. Seringkali saya menangis, merasa belum optimal dalam menjalankan HS. Setelah saya renungkan sepertinya kekhawatiran saya tersebut disumbang juga oleh rasa kurang percaya bahwa anak-anak adalah pembelajar hebat. Mereka tahu waktu yang tepat untuk memulai belajar membaca, berhitung, belajar terjadwal, lalu perlahan mandiri dalam belajar.

Dulu, saat anak dari teman-teman yang HS mulai mandiri dalam belajar, saya sering sekali meminta tips, nasihat, dan sebagainya kepada teman-teman saya, agar anak saya bisa juga mandiri dalam belajar. Tetapi jawaban mereka hanya : dampingi. Saya pun kemudian melupakan kegelisahan itu. Saya coba fokus menjalani proses belajar ini. Keadaan pula yang memaksa saya harus sering mendelegasikan tugas kepada si sulung. Dua adiknya kini mulai memasuki dunia belajar, sehingga saya hanya bertanya kepadanya, apa yang akan dipelajari hari itu. Ia tipe anak yang menurut jadwal, maka tak susah baginya mengatur kegiatan belajarnya.

Dahulu ia adalah anak yang sangat pemalu, tak mudah berkenalan dengan orang baru. ia demikian tergantung dibandingkan 2 adiknya, bahkan untuk urusan ke kamar mandi, dan lainnya. Ia yang selalu meminta saya menyediakan kertas, gunting, lem, pita, dan sebagainya, yang sering menagih dibuatkan sesuatu setiap hari. yang bangun pagi dengan serangkaian ide hari itu, walaupun eksekusinya akan lebih banyak saya kerjakan. Kini ia bisa memegang beberapa tugasnya secara mandiri. Membaca buku pelajarannya, mengerjakan tugas, mencari informasi dari internet, dan mengajari adiknya. 

Kini saya mulai mundur beberapa langkah, membiarkannya maju dengan rasa ingin tahunya, dengan daya nalarnya yang berkembang, sambil terus mendampingi, siap mengantarkannya ke sumber pemuas rasa penasarannya. Saat ini saya berada di samping si anak ke dua, berada sedikit di depan anak ke tiga, tetapi lambat laun posisi saya akan tertinggal jauh di belakang mereka bertiga. Saya baru tahu rasanya, seperti ini ternyata, mengantarkan mereka menuju dunia belajar, dan masih sangat panjang perjalanan.


Semoga Alloh mampukan saya mengantar mereka sejauh yang saya bisa. Semoga Alloh meridhoi langkah-langkah kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar