Minggu, 07 Juni 2020

Energi untuk Belajar

'Energi' untuk belajar

Beberapa hari ini anak bungsuku sedang senang mengulik berbagai hal tentang Rusia. Beberapa vlog mahasiswa Indonesia di Rusia dia tonton, belajar Bahasa Rusia, dan sebagainya. Dengan tanpa diminta, ia berusaha melafalkan aksara Rusia, dengan pemahaman dr pendengarannya, yang saya sendiri sangat asing. Seketika kakak-kakak tertawa melihatnya.

Saya pun penasaran, mengapa Rusia? Dia bercerita, bahwa teknologi persenjataan di Rusia cukup canggih. Tak hanya Sukhoi yang pernah kita beli itu, tetapi juga senjata lain seperti tank, artileri nuklir, dan sebagainya. Ia memang cukup tertarik dengan teknologi persenjataan, karena dengan memiliki teknologi persenjataan yang canggih kita bisa mempertahankan keamanan negara (ini hasil wawancara saya dengannya).

Anak bungsu ini sejak kecil memang suka dengan dunia militer. Saya pernah menulis tentang minatnya ini saat dia berusia 5th. Sampai 5 tahun selanjutnya ternyata minatnya pada dunia militer semakin spesifik. Kalau dulu kagum dengan keberanian dan kekuatan, kini lebih mendalami teknologinya.

Apa pentingnya saya bercerita ini? Dulu saya mengira ketertarikannya hanya semusim lalu, lalu hilang. Melalui minat ini dia belajar berhitung dan membaca. Saat berusia 8tahun ia masuk sekolah nonformal, tetapi minatnya terus tumbuh.

Hal ini menjadi tantangan besar bagi saya sebagai guru. Ketika saya memberikan tantangan yang menurut saya menarik, beberapa siswa saya menyelesaikannya dengan tanpa semangat, tanpa energi. Buat saya, ini tantangan untuk saya agar dapat meyakinkan siswa-siswa bahwa materi/tugas yang saya berikan penting dan menarik.

Eh, tapi kan minat seorang anak itu tidak sama, apalagi dengan minat gurunya. Seperti anak saya, di sekolahnya dia tidak pernah mendapatkan materi tentang industri senjata. Tetapi, toh dia tetap harus mempelajari materi-materi yang diberikan guru. Apalagi, sekolahnya banyak memeberikan materi-materi pelajaran diniyyah.

Di sinilah saya melihat pertemuan dua sisi, antara minat anak dengan tuntutan materi sekolah. Nah, mumpung anak-anak belajar di rumah, Bapak dan Ibu bisa mengambil kesempatan ini untuk menampung minat anak, komunikasikan dengan guru di sekolah, cobalah menyusun jadwal belajar berbasis minat dengan anak-anak. Belajar itu perlu energi, salah satu sumber energi itu adalah rasa membutuhkan akan ilmu yang akan dipelajari. 

Yuk, coba!

FB, 6APRIL 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar