Selasa, 21 November 2017

Siap Kalah


Alhamdulillaah sudah terlatih melihat dua kubu saling serang. Dari SD saya sudah biasa diajak ayah saya nonton sepakbola, apalagi kalau PERSEBAYA, hohoho. Duduk di tribun penonton bareng orang-orang dewasa yang ngotot tim jagoannya harus menang. Walaupun sepanjang pertandingan saling tegang, selesai pertandingan keadaan biasa saja, itu tahun 80 an.




Kalau sekarang, tim jagoan kalah, pendukungnya saling serang. Merembet ke hal lain, anaknya kalah lomba menari, ibunya ngga terima, anaknya ngga juara 1 di kelas, orang tuanya protes. Kenapa 'menang' itu menjadi tujuan? Bukan hasil dari sebuah kerja keras. Ya, mungkin karena fokus pengasuhan di rumah dan pendidikan di lembaga adalah hasil, bukan proses.

Beberapa hari lalu saya menemani si sulung menghadiri acara pemberian penghargaan siswa berprestasi Kumon. Anak sulung saya memang termasuk pengejar prestasi, maka baginya pengakuan semacam ini menjadi penting. Uniknya, ternyata penghargaan tersebut diberikan kepada lebih dari 3000 anak se- Jabodetabek dan Cilegon. Jadi, yang bisa mendapatkannya adalah anak-anak yang mampu mencapai hasil tertentu, tanpa dibatasi jumlahnya. Anak-anak harus mengalahkan rasa malas, bosan dan jenuhnya selama belajar di Kumon.

Yang menariknya, direktur Kumon Indonesia memberi penghormatan dengan cara membungkuk khas Negeri Sakura kepada anak-anak ini. Ia membungkukkan badan tanda hormat sambil diberikan narasi, pujian terhadap kerja keras dan ketekunan anak-anak. Pada kenyataannya, belajar di Kumon memang sangat menguji ketekunan. Hampir 200 soal berhitung atau 10 lembar kertas kerja dalam sehari, setiap hari selama bertahun-tahun, maka pantaslah mereka mensyukuri pencapaian ini.

Kembali kepada masalah suporter, nampaknya saya bisa mengambil pelajaran dari dua hal tersebut. Pengasuhan dan pendidikan haruslah berfokus kepada proses, demikian juga saat kita memuji hal-hal yang terjadi di sekitar. Nabi Muhammad shollalloohu alaihi wasallam sendiri pernah gagal, kalah dalam perang. Yang terpenting adalah mengevaluasi diri. Bersikap tenang dan pertengahan dalam kemenangan, dan evaluasi diri dalam kekalahan.

Hidup itu maju, akan banyak hal yang baru, yang juga perlu dipikirkan. Jangan terlalu kecewa menelan kekalahan, apalagi itu hanya kekalahan dalam urusan politik. Dan jangan tinggi hati jika Anda dalam posisi yang menang, apalagi dalam pesta politik. Karena mereka juga ngga akan tau hari ini kita akan selamat atau tidak. Wis lah, ojo mbok pikir!


Diambil dari status Facebook
19 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar