Rabu, 15 Februari 2017

Keberadaan Keluarga Home Schooling bagi Lingkungan

"Eh kita iket aja di sini, biar ngga bisa terbang", suara bocah laki-laki itu sampai di telinga saya. "Kasih makan, kasih makan", sambung lainnya. Ternyata mereka sedang di sebelah rumah saya, mengerubungi seekor burung pipit yang terikat tali di kakinya. Seorang anak mencoba menyuapi, lainnya berusaha memberikan air minum. Anak-anak berusia 4-6 tahun ini berdiskusi tentang tindakan yang akan mereka lakukan ke burung kecil itu.




Saya memperhatikan tak jauh. Rupanya mereka juga mengelus-elus si burung pipit, tanda mereka sayang. Saya mendekat, kemudian bertanya. Dari hasil ngobrol-ngobrol kami, ternyata salah seorang anak membeli burung tersebut. Mereka ingin memeliharanya, dan sebagai bentuk tanggung jawab (menurut mereka), mereka menyuapi burung tersebut dan memberinya minum. Sebelum sampai niat mereka mengikat si burung pipit di sebuah kayu, diskusi kami berakhir dengan keputusan tali di kaki burung tersebut dilepaskan sehingga ia bisa terbang kembali.

Sebenarnya sudah beberapa kali saya menemui anak-anak ini menunjukkan rasa sayang versi mereka kepada binatang. Pernah suatu kali saya melihat salah satu dari mereka memangku seekor kucing, ada yang pernah saya lihat mengikat kucing, ada yang memberinya makan, dan sebagainya. Saya yakin mereka melakukan itu semua karena rasa sayang mereka kepada binatang, tetapi mereka ekspresikan rasa sayang tersebut sesuai pemahaman yang dimiliki.

Hal tersebut juga bisa terjadi di dalam rumah kita sendiri. Anak-anak memiliki fitrah belajar yang besar sejak kecil. Untuk mengungkapkannya, mereka menempuh berbagai cara. Ada yang suka 'merusak' barang, ada yang terus-menerus bertanya, ada yang mengacak-acak dapur, ada yang senang berlari-larian, dan ekspresi lainnya. Pada dasarnya mereka sedang melakukan eksperimen atas rasa penasaran yang ada di kepala, lalu mencoba membuktikan pertanyaan di kepala mereka dengan berbagai tingkah laku.

Pernah suatu waktu anak ke tiga saya menyembunyikan sebuah gelas plastik. Setelah saya tanya, ternyata gelas tersebut berisi jentik nyamuk. Ia penasaran proses berubahnya makhluk yang berenang di air sampai bisa memiliki sayap dan terbang. Sayangnya, ia belum pernah sampai saat ini menyaksikan langsung proses perubahan tersebut. Sampai akhirnya ia mengulangi proses tersebut dan tetap belum berhasil menyaksikan hal yang membuatnya penasaran.

Setiap anak memiliki minat penasaran yang berbeda. Anak pertama penasaran dengan hal-hal yang berbau bahasa, tulisan, pengetahuan umum. Anak ke dua selalu ingin tahu tentang hal-hal praktis. Seperti membuat kue, memasak, dan sebagainya. Menjalankan home schooling memudahkan kita sebagai orang tua dengan segera menemukan kesempatan belajar ini. Tetapi sebagai warga masyarakat kita juga bertanggung jawab atas hal yang terjadi di lingkungan sekitar.

Ketika anak-anak masih kecil, mereka membutuhkan kita sebagai fasilitator untuk menyalurkan rasa penasaran mereka. Kita hadir untuk memberikan jalan menuju ilmu pengetahuan. Tak hanya bagi anak-anak kita sendiri, tetapi juga bagi anak-anak di lingkungan sekitar. Saat berada di lingkungan tempat tinggal, tak ada salahnya menjadi fasilitator anak-anak tetangga. Home schooling yang kita jalankan harus memiliki dampak yang baik bagi orang lain, setidaknya bagi lingkungan terdekat. Karena menjalankan home schooling bukan berarti kita hidup di dalam gua yang jauh dari keramaian, sebaliknya, kita menjalankan proses belajar dalam kehidupan sehari-hari yang  nyata.

Tak hanya menjadi fasilitator pengetahuan, kita juga bertanggung jawab atas keadaan keamanan sekitar di tempat kita berada. Di tempat keramaian, saat melihat ada anak kecil yang kelihatan bingung, saat melihat orang tua yang kesulitan menaikkan barang, Saat ada anak-anak sekolah yang membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya. Tentunya semua harus dilakukan dengan cara yang baik. Sesungguhnya potensi kebaikan itu ada di setiap anak, sayang tak semua anak mendapat kesempatan untuk mengembangkannya. Maka hadirlah sebagai orang tua/fasilitator bagi lingkungan kita.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar