Rabu, 07 Desember 2016

Lelaki Kecil Pendamba Surga

Bersegera ia melangkah, menuju bagian pojok musholla, tempat ia biasa berdiri di sana. Bersama dengan para pria lainnya. Gerakan demi gerakan ia ikuti, hingga diakhiri salam. Usianya belum genap tujuh tahun, bicaranya belum sempurna. Tetapi ia selalu bersemangat berusaha menunaikan lima waktu sholat berjamaah di musholla depan rumahnya. 

sumber foto: havehalalwilltravel.com


Langkah kakinya khas, gerakan cepat kakinya membunyikan suara gesekan yang menjadi penanda ia telah kembali. Setelah mengucap salam, disambut senyuman ibunya, ia melanjutkan aktivitasnya. Anak lelaki itu tak lagi digendong, bahkan ia tak lagi berjalan bersama ayahnya. Untuk sementara waktu, ia harus 'berjuang' sendiri, sampai sang ayah kembali dari perantauan 

Suatu kali, pernah ia menangis tersedu, hari Jumat itu hujan turun sangat deras. Ia telah mematut baju, menyetel celana yang serasi. Rasa hatinya ingin ia berangkat, bertemu dengan para lelaki dewasa. Namun apa daya, sang ibu melarangnya demi kebaikan. Dengan masih terisak, ia menerima penjelasan sang ibu. Di wajahnya masih terlihat muram, salah satu kesempatannya 'berekreasi' hilang. Rasa rindunya pun harus ia redam.

Teringat sekitar empat tahun yang lalu, saat masih terkantuk dalam subuh yang dingin, seorang ayah mengangkat tubuhnya yang cukup gempal. Ditemani dinginnya udara, sang ayah menggendongnya sampai ke dalam musholla. Terkadang, anak lelaki kecil itu bisa berdiri tegak sampai salam, tetapi lebih sering ia hanya berpindah tempat untuk tidur. Beberapa kali sang ayah harus menggendongnya hingga sholat usai.


Kini, satu bagian hatinya menyimpan rindu kepada sang ayah. Sang ayah yang menjadi teladan, ayah yang tak lelah mengajak kebaikan, menanamkan ketakwaan. Sementara waktu tak ada yang mengajaknya berkeliling dengan sepeda, membeli susu di toserba, memperbaiki mainan hasil 'modifikasi' nya. Belum sempat pula ia tunjukkan giginya yang sudah tanggal, hasil rancangan yang dia anggap paling luar biasa, serta kemampuannya membaca. Ia diam, tetapi matanya menyiratkan kerinduan, lelaki kecil yang merindukan lelaki besar pujaannya.

Saat panggilan sholat berkumandang, terkadang ia tergoda untuk selalu bermain, atau melakukan hal lain. Tetapi ada satu janji yang terus diulang oleh ayah dan ibunya, bahwa Rasulullah menunggunya di telaga di surga, bahwa anak-anak muda yang terikat hatinya dengan masjid akan mendapat naungan di hari kiamat. Wajahnya langsung berseri, semangatnya menyala lagi. Sebuah keyakinan yang mengajarkanku tentang keimanan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar