Minggu, 20 November 2011

Sebelum Memulai Home Education/Home Schooling

Marry Griffith, dalam bukunya:"The Unschooling Handbook" mengatakan setidaknya ada tiga karakteristik keluarga yang menerapkan 'unschooling'. Walaupun ditulis untuk metode 'unschooling' tetapi secara umum gambaran tentang keluarga Home Schooling tak berbeda jauh darinya.

I. Lingkungan yang mendukung
Sebuah keluarga yang ingin menerapkan 'unschooling' biasanya mendesain lingkungan rumahnya sedemikian rupa untuk memfasilitasi keingintahuan anak-anak. Beberapa lemari dan rak disiapkan sebagai tempat menyimpan kertas berkas, kardus bekas, karton, lem, gunting, spidol, pensil dan pulpen. Ada pula yang menyiapkan lemari penyimpanan karya anak-anak, agar mereka merasa dihargai dan menambah kepercayaan dirinya. Tentu semua lemari dan rak ini terletak di tempat yang dapat dijangkau anak-anak. Orang tua juga menyiapkan sumber-sumber bacaan penunjang. Ada perpustakaan kecil yang menarik di rumah. Isinya puzzle, mainan, VCD, Internet, ensiklopedi anak-anak yang penuh warna dan gambar, buku-buku pengetahuan populer yang membuat anak-anak bangga untuk menceritakannya kembali di depan kakek-nenek mereka, buku-buku kecil berbahan tebal yang cocok untuk adik bayi, dan sebagainya. Bahkan beberapa keluarga sengaja pindah rumah dan mencari rumah dengan halaman luas, lingkungan bersahabat, serta memungkinkan eksplorasi lebih luas.



II. Orang Dewasa sebagai Fasilitator
Karakteristik ini memungkinkan anak menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya. Saat proyek membuat rumah kertas menemui kesulitan, Ibu membantu si 7 tahun mengarahkan apa yang sebaiknya dilakukan. Mengapa fasilitator? saat kita menempatkan diri sebagai fasilitator, maka tugas kita adalah menemani, mengarahkan, dan bersama-sama menemukan pemecahan masalah atau mendapatkan sumber bacaan. Seringkali dari anak-anaklah kita mengetahui sesuatu. Apakah kita peduli perbedaan ngengat dan kupu-kupu? atau perbedaan antara gajah Asia dengan gajah Afrika? bagi anak-anak, hal ini sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang kita anggap penting, bahkan tak berarti banyak untuk anak-anak. Ingatlah, dalam Home Schooling anak adalah subyek belajar, orang tua menemani arah minat si anak (mengenai ini insya alloh akan dibahas pada tulisan lain). Bagi keluarga yang masih tinggal bersama orang lain/orang lain berada di rumah mereka, pengkondisian lingkungan cukup berat. Anda harus meyakinkan mereka, menyatukan visi, dan bersepakat tentang aturan-aturan Anda.

III.Keyakinan bahwa Anak Akan Belajar
Bila sudah menyiapkan lingkungan dan sudah ada orang dewasa sebagai fasilitator, kita harus yakin bahwa anak-anak akan belajar sesuai rasa ingin tahu mereka, cara yang mereka anggap enak, waktu yang mereka anggap tepat, materi yang mereka anggap penting, dan seterusnya. Saat pertama kali menerapkan HE/HS seringkali orang tua bingung tentang materi yang akan diajarkan. Bagi anak usia balita, metode unschooling bisa sangat cocok diterapkan. Ikutilah minat anak-anak, penuhi rasa ingin tahu mereka. Beberapa orang tua mencoba menyusun kurikulum/rencana belajar tetapi sering gagal diterapkan karena berbeda dengan mood anak. Belajar dengan aturan/terstruktur bisa jadi cocok bila anak sudah mulai memasuki usia cukup matang,  misalnya memasuki 7 tahun. Ingat saat anak-anak masih bayi, apakah Anda membuat kurikulum kapan dia harus tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berbicara,dan seterusnya? Orang tua adalah pengarah, tetapi anak-anak secara alami adalah individu yang serba ingin tahu dan ingin belajar.

catatan: metode 'unschooling adalah salah satu metode dalam Home Schooling dimana orang tua bertindak sebagai fasilitator, menemani anak-anak bereksplorasi, tak ada kurikulum, tak ada jadwal, tak ada 'harus' ini dan itu. Metode lainnya :terstruktur, unit studi, Moore formula, Montessori, Natural, Ecletic, Charlotte Mason. Mudah-mudahan bisa ditulis di lain kesempatan.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum,,,
    Kangen baca aktifitasnya anak anak plus abi umminya mba,,,
    Jadi buat anak anak, m'maya menerapkan yang mana,,?

    BalasHapus