Minggu, 28 Mei 2017

Bukan Wonder Woman


Saya bukan wonder woman atau supergirl, apalagi Saras 008. Saya ngga bisa berada di dua tempat dalam satu waktu. Saya ngga bisa melakukan sedemikian kegiatan yang berbeda secara bersamaan. Oleh karena itulah saya membutuhkan bantuan anak-anak saya, sebagaimana mereka juga membutuhkan bantuan saya.




Saat akan ke pasar, anak pertama sudah menyiapkan menu sarapan, saya yang mengeksekusi, kemudian dia melaksanakan tugasnya membersihkan kamar saya dan kamar dia juga adiknya. Sang adik bertugas menjaga mesin cuci, memutar ulang untuk membilas, dan seterusnya.
Sebelum berangkat, anak ke tiga telah siap di musholla depan rumah untuk mengaji bersama ustadnya. Tugas dia adalah pembantu umum. Sebelumnya ia telah memenuhi panggilan saya untuk berbelanja telur di warung.

Dulu saya sempat pontang-panting menjalankan keseharian. Rasanya dua tangan, dua kaki, dan 24 jam masih kurang. Saya mencoba melakukannya semua sendiri. Lama-lama saya kelelahan dan tertekan. Alhamdulillaah Allah mempertemukan saya dengan beberapa teman yang hebat, yang membangun keluarga mereka sebagai sebuah tim yang saling membantu, bekerja sama.

Sebelum anak-anak dilibatkan dalam tugas khusus, anak-anak dilatih terlebih dahulu untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sesyau kemampuan di usianya. Misalnya saat batita, si anak sudah bisa membuang sampah sendiri, membereskan mainan, mengambil minum sendiri, meletakkan alat makan yang kotor pada tempatnya, dan sebagainya. Di usia yang lebih besar, perlahan anak dilatih membereskan tempat tidurnya, menata kamar, mengganti sprei, mencuci piring, menyusun buku, dan lain-lain. Tak kalah pentingnya pengenalan terhadap keamanan. Keamanan dalam menggunakan gunting, pisau, kompor, memeriksa pintu, dan sebagainya.

Saat anak sudah bisa memenuhi kebutuhannya, mulailah ajak ia melakukan pekerjaan rumah. Anak pertama kami lebih senang merapikan kamar, menyapu, mengepel. Anak ke dua bertugas di dapur menyediakan sarapan/makan malam, terkadang juga membuat camilan. Anak ke tiga bagian umum, membantu du sana-sini. Saya mengawasi kegiatan mereka semua.

Kegiatan sehari-hari ternya juga banyak manfaatnya. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, mereka selalu menemukan hal baru, tantangan baru, dan akhirnya mereka terbiasa berpikir untuk menciptakan solusi. Anak pertama seringkali merasa harus menata ulang semua barang di kamarnya dan adiknya, maka ia membuat kabinet-kabinet dari kardus bekas. Anak ke dua juga berusaha menciptakan menu-menu enak dan praktis yang disukai semua anggota keluarga. Anak ke tiga tak mau kalah, ia seringkali berinovasi, misalnya cara membuka tutup galon.

Keluarga itu tim seperti sepak bola. Ada yang menjaga gawang, bertahan, menggelandang dan menyerang. Kita bisa membangun tim yang hebat di bawah kapten yang hebat, dengan strategi jitu, pola komunikasi yang baik, cara kerja yang efektif, dan tentu dengan senantiasa memohon taufiq dari- Nya. Kalau tak dibangun tim ini, kelak ayah atau ibu harus bekerja keras, menjadi superman dan superwoman. Saya lebih menginginkan super tim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar