Rabu, 11 September 2013

Surat Pengobat Lelah

Kuperuntukkan risalah ini bagimu Duhai Istriku….. Raihlah surga di rumahmu dengan bakti dan cinta pada suami tersayangmu. Renungkanlah sejenak, sudahkah anda menjadi istri idaman suami? Ibu panutan anak-anak? Wanita sholihah teladan ummat? Dan terakhir maukah Engkau menjadi istri sholihah yang dicintai Alloh kemudian dicintai oleh suamimu?


بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

Jazakillah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) wahai istriku sayang… Kamu masih bisa tabah, tersenyum dan memberikan dorongan di saat aku terhimpit dalam ekonomi.
Jazakillah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) wahai istriku sayang… Kamu masih bisa mengurus anak-anak yang sakit dengan sentuhan lembutmu, disaat aku tidak bisa membawa mereka ke rumah sakit, karena minimnya biaya.

 
Jazakillah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) wahai istriku sayang… Kamu masih bisa masak enak disaat bumbu-bumbu dapur habis, karena aku tidak mampu beli, walaupun waktu gajian masih lama.
Jazakillah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) wahai istriku sayang… Lisanmu tidak pernah mengeluh, mengeluarkan kata-kata kotor disaat kesempitan ekonomi melanda kita. Dan Engkau tidak membandingkanku dengan orang lain.
Istriku sayang… jangan lupa bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lebih berat cobaannya dari kita.

عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ وَاللَّهِ يَا ابْنَ أُخْتِى إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلاَلِ ثُمَّ الْهِلاَلِ ثُمَّ الْهِلاَلِ ثَلاَثَةَ أَهِلَّةٍ فِى شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَ فِى أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَارٌ – قَالَ – قُلْتُ يَا خَالَةُ فَمَا كَانَ يُعَيِّشُكُمْ قَالَتِ الأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ إِلاَّ أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جِيرَانٌ مِنَ الأَنْصَارِ وَكَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ فَكَانُوا يُرْسِلُونَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ أَلْبَانِهَا فَيَسْقِينَاهُ.

Artinya: “Urwah rahimahullah bercerita bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita: “Demi Allah wahai keponakanku, sungguh kami melihat datangnya bulan purnama, kemudian datang lagi bulan purnama, kemudian datang lagi bulan purnama, tiga bulan purnama dalam dua bulan, dan (selama itu) tidak dinyalakan api (untuk memasak) di dalam rumah-rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, Urwah rahimahullah bertanya: “Wahai bibi, lalu apa yang kalian makan?”, Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab: “Dua yang hitam, yaitu kurma dan air, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai tetangga dari kaum Anshar, mereka mempunyai onta-onta yang diberikan kepada seseorang untuk diperah dan mereka mengirimkan susu-susunya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau memberikannya kepada kami”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Istriku sayang…jangan lupa bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyebutkan bahwa penghuni neraka paling banyak adalah para wanita, hal ini dikarenakan mereka sering tidak bersyukur kepada suami dan sering tidak menjaga lisan.

عَنِ أَسْمَاءَ بِنْتَ يَزِيدَ – إِحْدَى نِسَاءِ بَنِى عَبْدِ الأَشْهَلِ – تَقُولُ مَرَّ بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِى نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَقَالَ « إِيَّاكُنَّ وَكُفْرَ الْمُنَعَّمِينَ ». فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا كُفْرُ الْمُنَعَّمِينَ قَالَ « لَعَلَّ إِحْدَاكُنَّ أَنْ تَطُولَ أَيْمَتُهَا بَيْنَ أَبَوَيْهَا وَتَعْنُسَ فَيَرْزُقَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ زَوْجاً وَيَرْزُقَهَا مِنْهُ مَالاً وَوَلَداً فَتَغْضَبَ الْغَضْبَةَ فَرَاحَتْ تَقُولُ مَا رَأَيْتُ مِنْهُ يَوْماً خَيْراً قَطُّ ».

Artinya: “Asma binti Yazid, salah seorang wanita keturunan Abdul Asyhal bercerita: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati kami, pada saat kami sedang berkumpul-kumpul bersama para perempuan, kemudian beliau mengucapkan salam kepada kami, lalu beliau bersabda: “Jauhilah sikap tidak bersyukur kepada orang-orang yang memberikan pemberian”, lalu kami bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu sikap tidak bersyukur kepada orang-orang yang memberikan pemberian?”, beliau menjawab: “Mungkin salah seorang wanita dari kalian hidup lama dan manja bersama kedua orangtuanya, lalu Allah Ta’ala menganugerahi dia seorang suami dan memberikan kepadanya harta dan anak dari suaminya, suatu ketika dia marah (kepada suaminya), maka iapun mengucapkan: “Aku tidak pernah melihat sama sekali satu kebaikanpun darinya walau seharipun”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab silsilat Al Ahadits Ash Shahihah)
Istriku sayang…jangan lupa bahwa sebesar ujian yang kita dapatkan sebesar itu pula cinta Allah Ta’ala kepada kita, jika kita sabar dan tabah.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ ».

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum Dia menguji mereka, maka barangsiapa ridha maka baginya keridahaan dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan”. (HR. Ibnu Majah dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah)
Ya Allah…aku meridhai istriku… dan rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyatakan bahwa seorang suami adalah surga atau neraka istri, masukkanlah istriku ke dalam surga, sungguh aku suaminya telah meridhainya…Allahumma amin.

عن حصين بن محصن قال : حدثتني عمتي قالت : أتيت النبي صلى الله عليه و سلم في بعض الحاجة فقال : اي هذه أذات بعل أنت ؟ قلت : نعم قال : كيف أنت له ؟ قالت : ما آلوه إلا ما عجزت عنه قال : فأين أنت منه فإنما هو جنتك و نارك

Artinya: “Dari Hushain bin muhshin rahimahullah, dia berkata: “Bibiku menceritakan: “Aku pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk beberap keperluan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apakah kamu wanita mempunyai suami?”, aku jawab: “Iya”, beliau bertanya: “Bagaimana sikapmu terhadapnya?”, aku jawab: “Aku selalu mengurusinya kecuali yang aku tidak sanggup untuk melaksanakannya”, beliau bersabda: “Perhatikan sikapmu terhadapnya, karena dia adalah surga atau nerakamu”. (HR. Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih At Targhib wa At Tarhib)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته، … والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم”

“Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya … Seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang (perbuatan) mereka“[al-Bukhari (no. 2278) dan Muslim (no. 1829).].

{وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}

“Dan (mereka adalah) orang-orang yang berdoa: “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan:74).
Dari suami yang menyayangi istrinya karena Allah Ta’ala.

1 komentar: